Menuntut ilmu adalah ibadah, sehingga syarat-syarat ibadah juga harus dipenuhi dalam menuntut ilmu,
.
Secara umum, syaratnya ada dua. Pertama, keikhlasan. Kedua, sesuai dengan ajaran Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Berhubung ilmu Rasul didapat melalui wahyu, maka yang kita jadikan teladan dalam menuntut ilmu otomatis adalah ulama dan ilmuan terdahulu,
.
Di antara cara belajar ulama dan ilmuan dahulu yang mesti kita ikuti adalah belajar dengan metode bertingkat. Mulai dari yang ringkas menuju yang rumit. Mustahil akan jadi ulama orang yang baru belajar langsung loncat ke Minhajutthalibin. Mustahil jadi matematikawan orang yang baru belajar, langsung loncat mempelajari trigonometri. Mustahil jadi perenang handal orang yang baru belajar, langsung loncat ke tengah lautan dalam tanpa ditemani tenaga ahli. Yang ini bisa-bisa dimakan hiu,
.
Yang lebih penting dalam belajar,
adalah mengikuti cara Rasul belajar, pastikan ilmu yang kita dapat itu
memang berasal dari guru, bukan sekedar buku,.
Secara umum, syaratnya ada dua. Pertama, keikhlasan. Kedua, sesuai dengan ajaran Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Berhubung ilmu Rasul didapat melalui wahyu, maka yang kita jadikan teladan dalam menuntut ilmu otomatis adalah ulama dan ilmuan terdahulu,
.
Di antara cara belajar ulama dan ilmuan dahulu yang mesti kita ikuti adalah belajar dengan metode bertingkat. Mulai dari yang ringkas menuju yang rumit. Mustahil akan jadi ulama orang yang baru belajar langsung loncat ke Minhajutthalibin. Mustahil jadi matematikawan orang yang baru belajar, langsung loncat mempelajari trigonometri. Mustahil jadi perenang handal orang yang baru belajar, langsung loncat ke tengah lautan dalam tanpa ditemani tenaga ahli. Yang ini bisa-bisa dimakan hiu,
.
.
Jika Allah berkehendak, tentu Allah langsung turunkan al-Quran ke hati Nabi tanpa perantara Jibril alaihissalam. Tetapi ternyata Allah tetap mengutus Malaikat Jibril sebagai guru,
.
Karena belajar sebenarnya adalah proses memindahkan ilmu dari kepala guru ke kepala si murid. Saat proses 'copas' ini selesai, barulah si murid siap untuk mengembangkan, bahkan mungkin juga melakukan perbaikan jika memang perlu,
.
Kan konyol, tiba-tiba jadi ilmuan atau ulama, hanya dengan modal buku tanpa guru,
.
Andai hanya dengan membaca, seseorang bisa jadi ulama, tentu seluruh orang Arab sudah jadi ulama. Al-Quran Bahasa Arab, Hadis juga, kitab-kitab keagamaan pun umumnya begitu,
.
Tetapi tidak. Ada memang ulama, ada juga yang bukan. Karena mereka paham, bahwa menjadi ulama itu bukan sekedar membaca. Menjadi ulama itu bukan sekedar paham bahasa. Menjadi ulama itu bahaya, terutama bagi orang yang mengaku-ngaku ulama, kemudian berani-berani mengeluarkan hukum sendiri dengan proses ijtihaT amburadul karen malu berkata 'saya tidak tahu',
.
Mudah-mudahan kita bisa memperbaiki cara belajar kita, agar ilmu kita bermanfaat dan berbuah manis seperti madu, tidak pahit macam empedu,
.
Semoga Allah selalu menuntun kita untuk jadi lebih baik.. (^_^)
.
#diteruskan dari tulisan guru saya, Syaikh Mustafa Abu Hamzah as-Syafii, dengan banyak penjelasan, tanpa mengubah esensi. Tulisan beliau lebih spesifik tentang proses belajar fikih, terutama mazhab Syafi'i, mazhab muslim Indonesia.
semoga indonesia semakin banyak orang-orang baik seperti antum yang paham agama..
BalasHapusSaya pengen masisir di penuhi orang2 kayak ustad emil. Kxkxk
Hapus