Bacaan Terbaru Selamat Membaca (^_^)
Posted by Fakhry Emil Habib
Posted on 02.01
with 1 comment
Seorang mahasiswa lulusan sebuah pesantren moderen mendatangi seorang
ulama. Pikirannya kalut, orientasinya berkabut, ia hendak bertanya dan
meminta nasihat.
"Abuya. Saya seorang lulusan pesantren
terkemuka. Nilai-nilai saya cemerlang. Kini pun saya termasuk mahasiswa
berprestasi. Namun kenapa saat saya terjun ke masyarakat, saya merasa
ilmu saya tak jauh beda dengan
masyarakat awam? Padahal bertahun sudah saya lalui, banyak materi sudah
saya korbankan. Bahkan saya rela untuk menunda menikah dan berpisah dengan orang tua,"
Posted by Fakhry Emil Habib
Posted on 01.54
with No comments
Seorang pemuda mendatangi seorang alim, hendak bertanya perihal pendidikan agama dalam keluarga.
P (pemuda) : "Buya, beberapa waktu lalu, Abuya menyampaikan bahwa ilmu
agama yang kita sampaikan kepada orang lain harus disandarkan kepada
imam mujtahid, yang didapat dari proses belajar di bawah bimbingan
ulama. Dan tanpa dua syarat ini, berarti ilmu agama yang dimiliki tidak
valid. Begitukah, Buya?"
B (buya) : "Iya benar."
Posted by Fakhry Emil Habib
Posted on 01.44
with 2 comments
J : Buya, saya ingin bertanya. Saat ini saya sebagai muslim awam*
mendapatkan banyak sekali informasi, termasuk juga informasi terkait
perkara agama. Yang jadi masalah adalah, informasi yang saya dapat itu
bermacam-macam sekali. Dalam satu kasus saja, pendapat ulama bisa banyak
berbeda. Lalu bagaimana cara saya memilih pendapat yang akurat, agar
saya bisa beramal dengan tenang? Pendapat mana yang akan saya gunakan?
B : Pakailah pendapat yang Saudara dapat langsung dari lisan guru.
Ilmu agama ini bukan sekedar informasi yang bisa diterima mentah-mentah
saja langsung dari buku ataupun internet macam gosip selebriti. Kalau
saudara salah paham, maka amal yang saudara lakukan nanti juga pasti
salah.
Posted by Fakhry Emil Habib
Posted on 01.36
with No comments
Siang itu suasana kelas terasa nikmat. Diskusi yang dikomandoi langsung
oleh dosen kami, Dr. Mahmud Abu Sayyid juga terasa cair dan menarik.
Semua terasa normal, hingga kami masuk pada permasalahan 'hukum membaca
al-fatihah dalam salat'. Entah kenapa, dengan konyol seorang mahasiswa
menyeletuk, "Bukankah al-Fatihah bukanlah rukun salat dalam mazhab Imam
Abu Hanifah, sehingga tidak perlu dibaca?"
Suasana kelas hening seketika. Air muka Dr. Mahmud berubah, tanda ada hal yang tidak beliau suka.
Posted by Fakhry Emil Habib
Posted on 01.28
with No comments
Allah jelas-jelas mengatakan bahwa orang yang sakit dibolehkan untuk tidak berpuasa dan mengganti di hari lainnya,
Makanya, tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa memakai obat tetes
hidung, tetas telinga, ataupun obat dubur itu tidak membatalkan puasa,
Karena segala hal yang masuk ke dalam lubang terbuka di tubuh, itu
membatalkan puasa, termasuk lubang kemaluan, dubur, hidung maupun
telinga,
Posted by Fakhry Emil Habib
Posted on 01.20
with 1 comment
Ikhlas itu ada tiga tingkatan,
Pertama, yang terendah, adalah melakukan karena amal karena mengharapkan maslahat dunia yang Allah janjikan,
Contohnya bersedekah dan menyingkirkan beban hidup saudara kita, agar
Allah juga singirkan beban yang kita hadapi. Ataupun berpuasa dengan
alasan kesehatan,
Kedua, yang menengah, adalah beramal karena mengharapkan maslahat akhirat. Tak usah ditanya, sudah jelas kategori ini adalah keikhlasan yang termotivasi surga balasan, ataupun neraka sebagai ancaman,