Bacaan Terbaru Selamat Membaca (^_^)

Apakah Saya Alim, ataukah Saya Awam?

Tak sekali-dua kali saya terlibat dialog dengan kawan-kawan disini ataupun di Indonesia tentang pribadi seorang ulama,
.
Biasanya, mereka akan menyampaikan bahwa menjadi ulama itu cukup dengan menjadi orang yang mampu memBACA dan meNELAAH kitab-kitab rujukan untuk mencari solusi terhadap persoalan serta jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan 'mustafti'/penanya,
.
Dan terkadang, ujung-ujungnya banyak juga kawan-kawan seperti ini yang menyayangkan metode belajar saya yang kolot, kaku, sulit, tidak relevan dan tidak efektif (menurut mereka). Sebab saya belajar dengan metode memantapkan satu mazhab semantap-mantapnya, baru kemudian melakukan perbandingan untuk pengayaan. Sebab saya belajar dengan 'mendalami', bukan 'menjelajahi'. Sebab saya 'menginstall' malakah ilmu, bukan sekedar 'menge-save' data,
.

Berguru pada Setan, HATI-HATI!

Belajar kedokteran tanpa guru, nyawa pasien jadi taruhan,
.
Belajar arsitektur tanpa guru, bisa runtuh itu bangunan,
.
Tapi kalau ilmu agama (menurut mereka), cukup belajar dari buku, cukup banyak baca, tak perlu berguru. Apalagi sekarang. Tinggal klik, sudah bisa banyak wawasan,
.
Kalau ada yang minta fatwa, tinggal pilih mana pendapat yang kuat dan sesuai maslahat. Apakah taklif ter-abai-kan atau tidak, yang penting maslahat terwujudkan, mudarat terhindarkan. Agama datang untuk memudahkan, bukan menyulitkan,
.
Kalau ada yang tanya hukum, cukup cari dalil, kemudian keluarkan hukumnya. Apakah dalil tersebut 'mansukh', 'muqayad' atau 'mubayan', terserah! Yang penting hukumnya bersumber dari sunah. Bersumber dari Quran,
.
Kalau ada ulama yang berbeda dengan pendapatnya, otomatis itu ulama su', ulama jahat. Lembaganya harus dibubarkan,
.

Niat Baik Tapi Perangai Setan

Dulu waktu kecil, ada kawan saya yang termasuk anak jahil. Ia sering menganggu orang yang sedang salat,
.
Ia berlagak lucu, berlakon lawak, pokoknya sampai orang yang ia jahili tertawa terbahak-bahak, salatnya batal. Kalau ia gagal, berarti yang ia jahili itu konsentrasinya kuat,
.
Namun suatu ketika, saya yang ia jahili. Saya yang memang gampang tertawa, tergoda, dan batallah salat saya. Saya protes, "Apa yang kamu perbuat?!"
.
Ia dengan santai menjawab, "Saya hanya ingin menguji, apakah kamu khusuk atau tidak dalam salat. Kalau kamu khusuk, tentu kamu tidak akan terpengaruh dengan keberadaan saya. Anggap saja ini sebagai latihan memperkuat iman untuk kamu. Karena jujur, saya tidak punya niat jahat,"
.

Nasihat Syekh Salim al-Khathib tentang Media Sosial

Ada satu nasihat guru saya Syaikh Dr. Salim al-Khathib yang sangat membekas di benak saya sebelum beliau pulang ke Yaman,
.
Terkait adab dan etika berekspresi di media sosial. Karena adab di dunia maya ini banyak orang lalaikan,
.
"Sebelum kamu menulis di akun-akun media sosial, pikirkan dulu apa dampak yang akan terjadi kemudian,
.
Apakah timbangan kebaikan (mizan hasanat)saya akan bertambah, ataukah timbangan keburukan (mizan sayyiat) saya yang menjadi berat? Jika timbangan buruk yang akan bertambah, maka tinggalkan!"
.
Makanya, apapun ekspresi kita di media sosial, pikirkan dulu matang-matang sebelum diterbitkan,
.

Jika Belajar itu adalah Ibadah, Maka..

Menuntut ilmu adalah ibadah, sehingga syarat-syarat ibadah juga harus dipenuhi dalam menuntut ilmu,
.
Secara umum, syaratnya ada dua. Pertama, keikhlasan. Kedua, sesuai dengan ajaran Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Berhubung ilmu Rasul didapat melalui wahyu, maka yang kita jadikan teladan dalam menuntut ilmu otomatis adalah ulama dan ilmuan terdahulu,
.
Di antara cara belajar ulama dan il
muan dahulu yang mesti kita ikuti adalah belajar dengan metode bertingkat. Mulai dari yang ringkas menuju yang rumit. Mustahil akan jadi ulama orang yang baru belajar langsung loncat ke Minhajutthalibin. Mustahil jadi matematikawan orang yang baru belajar, langsung loncat mempelajari trigonometri. Mustahil jadi perenang handal orang yang baru belajar, langsung loncat ke tengah lautan dalam tanpa ditemani tenaga ahli. Yang ini bisa-bisa dimakan hiu,
.

Mengapa Obat Diabetes Tak Kunjung Ditemukan? Ini Jawabannya!

Mengapa harus bergantung pada insulin?
Seorang kawan menyeletuk, "Tahu tidak, mengapa sampai saat ini banjir di Jakarta tidak juga teratasi dan obat penyakit gula tidak kunjung ditemukan?"
.
Semua diam, mencari-cari jawaban,
.
Karena terlalu lama, akhirnya ia jawab sendiri, "Obat sakit gula belum ditemukan karena dokter sekarang sibuk membahas hukum menerima hadis yang riwatnya hasan,"
.
Hahaha.. Kami tertawa. Masuk akal. Kenapa tadi tidak terpikirkan?
.
"Sedangkan banjir Jakarta tak kunjung teratasi karena pakar tata kota sibuk memperdebatkan perbedaan Imam Asy'ari dan Ibnu Taymiyah dalam berbagai permasalahan,"
.

Beribadah Tanpa Tahu Dalil, Apakah Tidak Sah?

“Ustaz! Kalau hendak ceramah di sini, hendaknya selalu memberikan hukum dan dalilnya. Karena kalau Ustaz hanya memberikan hukum, itu namanya bukan ilmu. Dan kalau bukan ilmu, bagaimana kami akan beramal? Bukankah ilmu tanpa amal itu tertolak?” ujar seorang jamaah yang juga pengurus masjid dengan sinis.
.
Memang, sudah agak lama ia menanti kesempatan untuk mendamprat si ustaz yang selalu menukilkan pendapat dari imam. Dalam pikirnya, ini ustaz sepertinya sudah menganggap imam selevel nabi. Ia tak tahu -atau tidak peduli- bahwa hasil ijtihad ulama sejatinya berdasarkan dalil-dalil yang diakui.
.
“Benarkah begitu? Benarkah beramal tanpa tahu dalilnya tidak sah?” tanya si Ustaz.
.
“Tentu Ustaz! Tidak sah itu!” jawab si jamaah dengan yakin.
.
 
Support : Facebook | Twitter | Google+
Copyright © 2013. Al-Fatih Revolution Brotherhood - Tolong sertakan sumber saat mengutip :)
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger