Bacaan Terbaru Selamat Membaca (^_^)
Posted by Fakhry Emil Habib
Posted on 05.15
with 2 comments
Kapanpun,
dimanapun, bagaimanapun, laki-laki Minang tetap "ketek banamo gadang
bagala". (saat kecil ia memiliki nama, saat besar ia memiliki gelar).
'Gadang bagala', besar disini ditandai dengan status sosialnya yang
sudah menikah. Dan gelar laki-laki Minang biasanya ditentukan oleh
Niniak Mamak (Tetua dan yang dituakan dalam adat Minang) saat Baralek
Nikah.
Pertanyaannya, bagaimana dengan lelaki Minang yang sudah
menikah tapi belum memiliki 'gala'? Mungkin karena menikah di rantau
atau hal lainnya?
Yah kalau kita kembali pada teks "ketek banamo gadang bagala", lelaki Minang yang sudah menikah tapi belum memiliki 'gala'?
Posted by Fakhry Emil Habib
Posted on 05.14
with No comments
Kadang
geli rasanya saat seorang guru memamerkan prestasi satu-dua muridnya
untuk menarik minat calon murid, seolah mereka akan sangat beruntung
mengenyam pendidikan darinya.
Kenapa? Karena..
Jika
seorang guru hanya mampu mencetak satu, dua atau tiga siswa berprestasi
di tiap angkatan, maka sejatinya, guru itulah yang beruntung karena
mendapatkan murid cerdas hingga berhasil mengharumkan namanya. Bukan
sebaliknya.
Guru berprestasi adalah guru yang memberi
kesuksesan merata bagi siswanya. Bukan guru yang memberi kesuksesan pada
satu-dua muridnya.
Posted by Fakhry Emil Habib
Posted on 04.59
with No comments
Dulu mungkin akan ku jawab "jus jeruk", "es pokat" atau "es teh". Ah, jawaban sok keren mengikuti trend,
Kawan, jika kini kau tanya apa minuman favoritku, maka akan ku jawab,
'Kopi sisa Ayah buatan Ibu'.
Keren bukan? Atau? Ah, mari kita lanjutkan,
Dulu, biasanya Ayah hanya minum setengah cangkir, kemudian Ayah tinggalkan,
Posted by Fakhry Emil Habib
Posted on 21.25
with No comments
Well, ijinkan aku bercerita tentang si Pana. Pastinya ini bukan nama
sebenarnya.
Pana, seorang mahasiswa teknik sipil yang suka main ke rumah sakit setelah
jam kuliah berakhir. Bukan karena ia mengidap penyakit, bukan. Namun ia merasa
pekerjaan dokter itu mudah. Bahkan sudah dua tahun terakhir ia selalu meramu
paracetamol dan CTM sendiri saat flu menyerangnya.
Hari demi hari, ia melihat para dokter
Posted by Fakhry Emil Habib
Posted on 09.24
with No comments
Well,
jika Pangeran Diponegoro, Tuangku Imam Bonjol, Cut Nyak Din serta
pahlawan kita yang lain tahu bahwa kemerdekaan yang mereka perjuangkan
dulu akan berubah menjadi negara yang seperti ini, tentu mereka tak akan
mau repot angkat senjata memerangi para penjajah durjana,
Kenapa?
Karena mereka tahu, memperjuangkan negara yang bahkan tak tegas menindak pemerkosa tak akan berbuah syahid pada akhirnya,
Karena pejuang dan pahlawan kita dulu itu bukan sembarang pejuang, tapi mereka pun paham ilmu agama,
Posted by Fakhry Emil Habib
Posted on 14.18
with No comments
Suatu
hari, Istri, sebut saja Ana yang selalu teratur membaca
postingan-postingan keagamaan di internet mengajukan "komplain" kepada
suaminya, Azam.
"Mas Azam, Ana tidak mau lagi masak, membuatkan
Mas Azam kopi, masak untuk Mas Azam, dan segala urusan rumah tangga
lain, karena Ana baca di internet, hak Mas hanya hidup bersama Ana.
Sedangkan untuk urusan rumah tangga, Mas tidak berhak menyuruh Ana. Hak
Ana ini diatur oleh ilmu Fiqih lho Mas. Dimulai dari sore ini ya Mas
Azam,"ujarnya sedikit ragu, tapi tersampaikan juga.