Home » , , » Beribadah Tanpa Tahu Dalil, Apakah Tidak Sah?

Beribadah Tanpa Tahu Dalil, Apakah Tidak Sah?

“Ustaz! Kalau hendak ceramah di sini, hendaknya selalu memberikan hukum dan dalilnya. Karena kalau Ustaz hanya memberikan hukum, itu namanya bukan ilmu. Dan kalau bukan ilmu, bagaimana kami akan beramal? Bukankah ilmu tanpa amal itu tertolak?” ujar seorang jamaah yang juga pengurus masjid dengan sinis.
.
Memang, sudah agak lama ia menanti kesempatan untuk mendamprat si ustaz yang selalu menukilkan pendapat dari imam. Dalam pikirnya, ini ustaz sepertinya sudah menganggap imam selevel nabi. Ia tak tahu -atau tidak peduli- bahwa hasil ijtihad ulama sejatinya berdasarkan dalil-dalil yang diakui.
.
“Benarkah begitu? Benarkah beramal tanpa tahu dalilnya tidak sah?” tanya si Ustaz.
.
“Tentu Ustaz! Tidak sah itu!” jawab si jamaah dengan yakin.
.
“Kalau begitu, saya hendak bertanya. Bapak tahu tidak, dalil mengapa berkhitan itu wajib bagi setiap muslim?” si ustaz bertanya sembari tersenyum.
.
“Errrr.. Tidak, Ustaz,” jawan si bapak dengan wajah bingung.
.
“Kalau begitu, bapak mesti dikhitan sekali lagi. Karena khitan itu dilakukan saat Bapak tidak mengetahui dalil. Berhubung sampai sekarang pun bapak tidak tahu dalil khitan, berarti khitan bapak tidak sah, dan mesti diulang. Kalau perlu, SAMPAI HABIS sekalian!” si Ustaz menjawab, diiringi tawa jamaah yang begituuu lama baru berhenti.
.
***
.
Mengetahui dalil untuk permasalahan ibadah bukanlah kewajiban, bahkan mustahil bagi setiap muslim. Makanya, yang wajib mengatahui dalil serta proses pengambilan hukum dari dalil hanyalah orang-orang tertentu, pewaris para nabi; ulama,
.
Kewajiban kita sebagai orang awam bukan mengetahui dalil hukum, tetapi memastikan sumber hukum. Apakah kita mendapatkannya dari ulama, atau kita mendapatkannya dari orang yang berlagak seperti ulama? Atau lebih parah, sekedar buku atau bacaan internet yang untuk skripsi saja tidak bisa dipertanggungjawabkan keabsahannya?
.
Seperti resep dokter, kita tak perlu pula mengetahui apa landasan penemuan ataupun cara kerja obat-obat yang tertulis disana. Cukup pastikan bahwa resep tersebut memang diberikan oleh dokter yang teruji keilmuannya. Dokter terpercaya,
.
Setiap cabang ilmu memiliki lahan yang tidak perlu diketahui kecuali oleh orang yang memang total mendalaminya,
.
Semoga kita bisa selalu belajar dan mengamalkan apa yang kita pelajari. Menggunakan ilmu untuk memperbaiki diri serta memberi manfaat bagi sesama,
.
Semoga Allah selalu menuntun kita untuk jadi lebih baik.. (^_^)
.
*Awam bukanlah bodoh. Awam adalah istilah bagi orang yang tidak mendalami keilmuan tertentu. Seperti arsitek, ia cerdas, namun ia adalah awam di mata dokter. Begitu pula dengan cabang keilmuan lain.

1 komentar:

 
Support : Facebook | Twitter | Google+
Copyright © 2013. Al-Fatih Revolution Brotherhood - Tolong sertakan sumber saat mengutip :)
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger