Seorang kawan bertanya padaku, “Kenapa bisa-bisanya orang Mesir masih tetap
begitu dermawan, padahal negara mereka sedang mengalami krisis ekonomi?”
Pertanyaannya berdasar, karena kami saat itu baru kembali dari sebuah
jamuan buka puasa (mâidatur rahmân) di salah satu mesjid di Kairo,
Masjid Ar-Rifa’i. Jamuan super, dengan menu nasi, ayam panggang, sayur, serta subya
(sejenis minuman dari sari kelapa dan susu) yang memuaskan selera.
Aku tertegun. Melihat situasi ekonomi Mesir saat ini, hanya keajaiban yang
bisa membuat mâidatur rahmân masih bertebaran di banyak titik Kairo.
Mungkin krisis Mesir memang tidak seburuk krisis moneter yang dulu sempat
melanda negeriku tercinta, namun krisis tetap saja krisis. Orang kaya Mesir
tetap punya alasan untuk tidak mengadakan mâidatur rahmân di Ramadan
tahun ini.