Aku menangkap kesamaan antara Minang dan Sunda,
Saat di Mesir, aku sadar bahwa Urang Sunda adalah orang yang tawadhu' dan lemah lembut budinya,
Kenapa? Karena mereka menyebut diri mereka sendiri "Abdi", bagi yang belajar Arab pasti tahulah artinya,
Saat kelas 4 di pesantren, saat membaca Roman "Kasih Tak Sampai", aku juga sadar bahwa orang Minang pun memiliki sifat tawadhu' dan rendah hatinya,
Kenapa? Karena mereka menyebut dirinya "Ambo", dalam Bahasa Indonesia berarti "Hamba", silakan cek di KBBI jika ingin tahu artinya,
Karena kata ganti "Abdi" dan "Ambo" pasti akan mengingatkan penggunanya bahwa ia hanyalah makhluk lemah tak berdaya,
Karena kata ganti "Abdi" dan "Ambo" akan mengendalikan sifat sombong yang memang sering menyelubungi hati manusia,
Karena kata ganti "Abdi" dan "Ambo" berarti "Budak" secara harfiah, digunakan bukan untuk rendah diri, namun agar kerendahan hati tetap terjaga,
Makanya aku cinta Bahasa Minang, juga menaruh hormat pada Bahasa Sunda, juga bahasa daerah lainnya di Indonesia,
Karena bangsa kita adalah bagsa berbudi, beradab, tak heran jika aku sangat tak suka dengan kebarat-baratan yang merajalela,
Karena kita punya harta karun yang luar biasa, bukan hanya materi dan harta benda, namun juga harta tatakrama,
Tinggal kita menggali dan menggunakannya, karena harta ini istimewa,
Makin digunakan, bukan makin habis, malah makin bertambah, terasa manfaatnya,
Orang bilang perubahan bahasa itu wajar, bagiku, perubahan itu memang wajar, namun pastikan bahwa perubahan yang terjadi itu adalah perubahan ke arah yang lebih baik hasilnya,
Jika perubahan malah akan merusak, maka mati-matian akan ku jaga keasliannya,
Semoga kita dijadikan manusia santun dan menjadikan Rasulullah SAW sebagai teladan dalam berpikir, berbuat dan berkata,
Semoga Islam kembali bangkit, Nusantara kembali jaya,
Semoga Allah selalu menuntun kita untuk jadi lebih baik.. ^_^
*Ternyata Saya dalam Bahasa Jawa, Kulo, berasal dari Kawulo yang berarti sama dengan abdi. Bahkan kata "saya" sendiri berasal dari SAHAYA yang berarti juga budak.
Saat di Mesir, aku sadar bahwa Urang Sunda adalah orang yang tawadhu' dan lemah lembut budinya,
Kenapa? Karena mereka menyebut diri mereka sendiri "Abdi", bagi yang belajar Arab pasti tahulah artinya,
Saat kelas 4 di pesantren, saat membaca Roman "Kasih Tak Sampai", aku juga sadar bahwa orang Minang pun memiliki sifat tawadhu' dan rendah hatinya,
Kenapa? Karena mereka menyebut dirinya "Ambo", dalam Bahasa Indonesia berarti "Hamba", silakan cek di KBBI jika ingin tahu artinya,
Karena kata ganti "Abdi" dan "Ambo" pasti akan mengingatkan penggunanya bahwa ia hanyalah makhluk lemah tak berdaya,
Karena kata ganti "Abdi" dan "Ambo" akan mengendalikan sifat sombong yang memang sering menyelubungi hati manusia,
Karena kata ganti "Abdi" dan "Ambo" berarti "Budak" secara harfiah, digunakan bukan untuk rendah diri, namun agar kerendahan hati tetap terjaga,
Makanya aku cinta Bahasa Minang, juga menaruh hormat pada Bahasa Sunda, juga bahasa daerah lainnya di Indonesia,
Karena bangsa kita adalah bagsa berbudi, beradab, tak heran jika aku sangat tak suka dengan kebarat-baratan yang merajalela,
Karena kita punya harta karun yang luar biasa, bukan hanya materi dan harta benda, namun juga harta tatakrama,
Tinggal kita menggali dan menggunakannya, karena harta ini istimewa,
Makin digunakan, bukan makin habis, malah makin bertambah, terasa manfaatnya,
Orang bilang perubahan bahasa itu wajar, bagiku, perubahan itu memang wajar, namun pastikan bahwa perubahan yang terjadi itu adalah perubahan ke arah yang lebih baik hasilnya,
Jika perubahan malah akan merusak, maka mati-matian akan ku jaga keasliannya,
Semoga kita dijadikan manusia santun dan menjadikan Rasulullah SAW sebagai teladan dalam berpikir, berbuat dan berkata,
Semoga Islam kembali bangkit, Nusantara kembali jaya,
Semoga Allah selalu menuntun kita untuk jadi lebih baik.. ^_^
*Ternyata Saya dalam Bahasa Jawa, Kulo, berasal dari Kawulo yang berarti sama dengan abdi. Bahkan kata "saya" sendiri berasal dari SAHAYA yang berarti juga budak.
0 komentar:
Posting Komentar