Home » , , , » Berguru pada Setan, HATI-HATI!

Berguru pada Setan, HATI-HATI!

Belajar kedokteran tanpa guru, nyawa pasien jadi taruhan,
.
Belajar arsitektur tanpa guru, bisa runtuh itu bangunan,
.
Tapi kalau ilmu agama (menurut mereka), cukup belajar dari buku, cukup banyak baca, tak perlu berguru. Apalagi sekarang. Tinggal klik, sudah bisa banyak wawasan,
.
Kalau ada yang minta fatwa, tinggal pilih mana pendapat yang kuat dan sesuai maslahat. Apakah taklif ter-abai-kan atau tidak, yang penting maslahat terwujudkan, mudarat terhindarkan. Agama datang untuk memudahkan, bukan menyulitkan,
.
Kalau ada yang tanya hukum, cukup cari dalil, kemudian keluarkan hukumnya. Apakah dalil tersebut 'mansukh', 'muqayad' atau 'mubayan', terserah! Yang penting hukumnya bersumber dari sunah. Bersumber dari Quran,
.
Kalau ada ulama yang berbeda dengan pendapatnya, otomatis itu ulama su', ulama jahat. Lembaganya harus dibubarkan,
.
Kalau pendapat ulama yang ia anggap jahat itu dinisbatkan kepada imam mujtahid, maka tinggal dikasih pilihan, "Mau ikut Nabi, atau Imam Abu Hanifah/Malik/Syafi'i/Ahmad?". Imam dan dia tidak beda. Imam itu makan, dia juga makan,
.
Mereka beranggapan, ilmu agama itu tidak akan mempertaruhkan nyawa atau bangunan. Mereka lupa, bermain-main dengan agama, neraka yang jadi tujuan,
.
Sekarang tahu kan, kenapa orang yang belajar tanpa guru, berarti yang mengajarinya setan?
.
***
.
Andai Allah berkehendak, maka mudah saja bagi Allah untuk memasukkan ilmu langsung ke dada Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam-. Tetapi tidak! Allah tetap mengirim Jibril sebagai guru, pengantar dan pengajar wahyu, khususnya al-Quran,
.
Kemudian dari Nabi -shallallahu alaihi wasallam-, diwariskan kepada sahabat, kemudian kepada tabi'in, kepada tabi'i tabi'in -radhiyallahu 'anhum-, terus begitu kepada ulama di tiap zaman hingga kini. Begitulah ilmu agama ini bertahan,
.
Ulama adalah pewaris para nabi. Yang namanya pewaris, tentu mendapatkan warisan itu langsung dari generasi sebelumnya. Kalau hanya comot dan melongkangi beberapa generasi, berarti pemiliknya tidak bisa disebut pewaris (ulama), karena yang ia dapatkan itu namanya bukan warisan,
.
Ilmu agama ini bukan ilmu sembarangan. Belajarnya tidak bisa sembarangan. Menjadi guru agama tidak bisa sembarangan. Berguru agama pun tidak bisa sembarangan,
.
Semoga kita bisa menjadi insan arif berakhlak. Tidak hanya bermodal tampilan untuk berlagak. Menjadikan Allah dan Rasul-Nya sebagai rujukan, menjadikan ulama sebagai pedoman,
.
Semoga Allah menyayangi orang tua dan guru-guru kita yang ikhlas banyak berkorban,
.
Semoga Allah selalu menuntun kita untuk jadi lebih baik.. (^_^)
.
*sebuah ungkapan dari ilmu akhlak-tazkiyah yang biasa dipelajari sebelum belajar ilmu lainnya.

1 komentar:

 
Support : Facebook | Twitter | Google+
Copyright © 2013. Al-Fatih Revolution Brotherhood - Tolong sertakan sumber saat mengutip :)
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger