Oleh : Fakhry Emil Habib
Kau tahu kawan, saat Bahasa Arab telah bergeser dari tata bahasa serta kosa katanya, maka saat itu ia bukan lagi Bahasa Arab, melainkan menjadi bahasa baru, Bahasa 'Ammiyah,
Bahasa Spanyol yang bergeser? itu namanya Bahasa Capallan, bahasa pasarnya Spanyol,
Kalau Bahasa Indonesia yang bergeser? Bisa jadi itu bahasa gaulnya anak ibukota,atau bisa jadi juga, hmmmm, Bahasa Alay, hihi..
Kau tahu kawan, saat Bahasa Arab telah bergeser dari tata bahasa serta kosa katanya, maka saat itu ia bukan lagi Bahasa Arab, melainkan menjadi bahasa baru, Bahasa 'Ammiyah,
Bahasa Spanyol yang bergeser? itu namanya Bahasa Capallan, bahasa pasarnya Spanyol,
Kalau Bahasa Indonesia yang bergeser? Bisa jadi itu bahasa gaulnya anak ibukota,atau bisa jadi juga, hmmmm, Bahasa Alay, hihi..
Nah, yang membuat heran, saat tata bahasa serta kosa kata bahasa Minang bergeser, masih ada saja yang berkeras kalau bahasa yang mereka pakai adalah Bahasa Minang,
Bahkan tak jarang, mereka mencemooh orang-orang yang berusaha mempertahankan Bahasa Minang,
"Hei, ayolah kawan, jika tak bisa berbahasa Minang, tak usahlah kau tajamkan lidahmu kepada mereka yang berusaha menjaga dan melestarikan budaya dan bahasanya,"
"Jika tak bisa memperbaiki, cukuplah menjaga,"
"Jika tak bisa menjaga, tak usahlah kau cela orang yang berusaha menjaga,"
Ah, apa jadinya Bahasa Minang sepuluh tahun ke depan kawan? Tak tahulah,
Kau tanya aku?
Terserah, yang pasti sejauh apapun aku marantau, bahasa Minangku akan tetap seperti ini,
Karena bagiku, menjaga bahasa ibu di lidah, sama halnya dengan menjaga cinta beliau di hati,
Cintai bahasa ibumu,
Entahlah bagi mereka yang tak cinta ibunya,
Semoga Bahasa Minang tetap ada, terjaga, tidak punah tak bersiasa,
Semoga Allah selalu menuntun kita untuk jadi lebih baik.. ^_^
Bahkan tak jarang, mereka mencemooh orang-orang yang berusaha mempertahankan Bahasa Minang,
"Hei, ayolah kawan, jika tak bisa berbahasa Minang, tak usahlah kau tajamkan lidahmu kepada mereka yang berusaha menjaga dan melestarikan budaya dan bahasanya,"
"Jika tak bisa memperbaiki, cukuplah menjaga,"
"Jika tak bisa menjaga, tak usahlah kau cela orang yang berusaha menjaga,"
Ah, apa jadinya Bahasa Minang sepuluh tahun ke depan kawan? Tak tahulah,
Kau tanya aku?
Terserah, yang pasti sejauh apapun aku marantau, bahasa Minangku akan tetap seperti ini,
Karena bagiku, menjaga bahasa ibu di lidah, sama halnya dengan menjaga cinta beliau di hati,
Cintai bahasa ibumu,
Entahlah bagi mereka yang tak cinta ibunya,
Semoga Bahasa Minang tetap ada, terjaga, tidak punah tak bersiasa,
Semoga Allah selalu menuntun kita untuk jadi lebih baik.. ^_^
0 komentar:
Posting Komentar