Dikisahkan oleh Bapak Taufik Ismail, dalam buku beliau, Katastrofi
Mendunia, bahwa cikal bakal pendirian Kulliyatul Banat Al-Azhar itu
terinspirasi dari Perguruan Diniyyah Putri Padang Panjang yang didirikan
oleh Syaikhah Rahmah Al-Yunusiyyah.
Tahun 1955, rektor Universitas Al-Azhar saat itu, Dr. Abdurrahman Taj, berkunjung ke Perguruan Diniyyah Putri yang didirikan tahun 1923.
Beliau takjub dengan besarnya kepedulian Syaikhah Rahmah Al-Yunusiyyah terhadap pendidikan wanita. Makanya, beliau bercita-cita untuk membangun pula perguruan putri (kulliyatul banat) di Al-Azhar.
Tak heran jika mandeh kita, Rahmah Al-Yunusiyyah mendapat gelar Syaikhah dari Al-Azhar, atau Doktor Honoris Kausa.
Syaikhah Rahmah Al-Yunusiyyahlah yang sebenarnya dan seharusnya menjadi inspirator serta tokoh kebangkitan wanita.
Sekolah yang didirikan oleh beliau sampai saat ini masih berjaya, bahkan Hj. Rasuna Said -juga salah satu tokoh kebangkitan wanita- juga mengenyam pendidikan di sana.
Saya adalah orang yang tidak terima jika setiap membicarakan kebangkitan wanita, selalu saja Kartini, Kartini, Kartini.
Pertama, jika memang Kartini peduli pendidikan wanita, kapan ia mendirikan sekolah khusus wanita serapi Perguruan Diniyyah Putri Padang Panjang?
Lalu jika memang ada, masih bertahankah sekolah itu sampai sekarang?
Ini hanyalah coretan kecil dari sempitnya ilmu saya mengenai sejarah. Ekspresi sanubari dari pemuda yang kadang tak terima dengan banyak realita yang menokohkan orang yang salah.
Syaikhah Rahmah, saya yakin, engkau terus mendapat pahala yang terus mengalir dan melimpah.
Semoga generasi muda bukan hanya menjadi pembaca sejarah, namun juga harus cerdas membaca sejarah.
Semoga Allah selalu menuntun kita untuk jadi lebih baik.. ^_^
Tahun 1955, rektor Universitas Al-Azhar saat itu, Dr. Abdurrahman Taj, berkunjung ke Perguruan Diniyyah Putri yang didirikan tahun 1923.
Beliau takjub dengan besarnya kepedulian Syaikhah Rahmah Al-Yunusiyyah terhadap pendidikan wanita. Makanya, beliau bercita-cita untuk membangun pula perguruan putri (kulliyatul banat) di Al-Azhar.
Tak heran jika mandeh kita, Rahmah Al-Yunusiyyah mendapat gelar Syaikhah dari Al-Azhar, atau Doktor Honoris Kausa.
Syaikhah Rahmah Al-Yunusiyyahlah yang sebenarnya dan seharusnya menjadi inspirator serta tokoh kebangkitan wanita.
Sekolah yang didirikan oleh beliau sampai saat ini masih berjaya, bahkan Hj. Rasuna Said -juga salah satu tokoh kebangkitan wanita- juga mengenyam pendidikan di sana.
Saya adalah orang yang tidak terima jika setiap membicarakan kebangkitan wanita, selalu saja Kartini, Kartini, Kartini.
Pertama, jika memang Kartini peduli pendidikan wanita, kapan ia mendirikan sekolah khusus wanita serapi Perguruan Diniyyah Putri Padang Panjang?
Lalu jika memang ada, masih bertahankah sekolah itu sampai sekarang?
Ini hanyalah coretan kecil dari sempitnya ilmu saya mengenai sejarah. Ekspresi sanubari dari pemuda yang kadang tak terima dengan banyak realita yang menokohkan orang yang salah.
Syaikhah Rahmah, saya yakin, engkau terus mendapat pahala yang terus mengalir dan melimpah.
Semoga generasi muda bukan hanya menjadi pembaca sejarah, namun juga harus cerdas membaca sejarah.
Semoga Allah selalu menuntun kita untuk jadi lebih baik.. ^_^
0 komentar:
Posting Komentar