Demokrasi atau Democrazy? |
Oleh: Fakhry Emil Habib
Kau tahu kawan, ada dua hal yang tidak aku sukai dalam sistem voting.
Pertama, kekuatan suara guru sama dengan muridnya. Kekuatan suara politikus bersih sama dengan koruptor. Bahkan kekuatan suara antara ulama bertitel profesor lulusan Al-Azhar University, setara dengan suara orang gila (yang tidak masuk rumah sakit jiwa tentunya).
Kedua, dengan voting, pelacur bisa menjadi salah satu profesi yang halal. Homoseksual bisa menjadi kecendrungan seks yang dimuliakan.
Anjing bisa dapat warisan. Bahkan keledaipun bisa menjadi pemimpin tertinggi dalam urusan kenegaraan.
Urusan musyawarah dalam Islam, bukan melibatkan semua elemen, tapi hanya melibatkan cendikiawan cerdas, yang telah memenuhi syarat-syarat untuk ber"ijtihad", (ijtihad : melakukan penelitian), dan syartnya tidak semudah mendapatkan gelar profesor di Universitas Sabtu Minggu, kawan..
Maaf,postingan ini tidak bermaksud merendahkan sebagian profesi, ataupun makhluk tertentu.
Semoga Allah selalu menuntun kita untuk jadi lebih baik.. ^_^
Pertama, kekuatan suara guru sama dengan muridnya. Kekuatan suara politikus bersih sama dengan koruptor. Bahkan kekuatan suara antara ulama bertitel profesor lulusan Al-Azhar University, setara dengan suara orang gila (yang tidak masuk rumah sakit jiwa tentunya).
Kedua, dengan voting, pelacur bisa menjadi salah satu profesi yang halal. Homoseksual bisa menjadi kecendrungan seks yang dimuliakan.
Anjing bisa dapat warisan. Bahkan keledaipun bisa menjadi pemimpin tertinggi dalam urusan kenegaraan.
Urusan musyawarah dalam Islam, bukan melibatkan semua elemen, tapi hanya melibatkan cendikiawan cerdas, yang telah memenuhi syarat-syarat untuk ber"ijtihad", (ijtihad : melakukan penelitian), dan syartnya tidak semudah mendapatkan gelar profesor di Universitas Sabtu Minggu, kawan..
Maaf,postingan ini tidak bermaksud merendahkan sebagian profesi, ataupun makhluk tertentu.
Semoga Allah selalu menuntun kita untuk jadi lebih baik.. ^_^
0 komentar:
Posting Komentar