Well, ijinkan aku bercerita tentang si Pana. Pastinya ini bukan nama
sebenarnya.
Pana, seorang mahasiswa teknik sipil yang suka main ke rumah sakit setelah
jam kuliah berakhir. Bukan karena ia mengidap penyakit, bukan. Namun ia merasa
pekerjaan dokter itu mudah. Bahkan sudah dua tahun terakhir ia selalu meramu
paracetamol dan CTM sendiri saat flu menyerangnya.
Hari demi hari, ia melihat para dokter
sibuk di bangsal-bangsal. Ada yang melakukan pembedahan, pemeriksaan, sunat, banyak macamnya. Namun yang membuat ia sangat tertarik adalah proses sunat alias khitan, pikirnya gampang, karena prosesnya tak lebih dari satu jam.
sibuk di bangsal-bangsal. Ada yang melakukan pembedahan, pemeriksaan, sunat, banyak macamnya. Namun yang membuat ia sangat tertarik adalah proses sunat alias khitan, pikirnya gampang, karena prosesnya tak lebih dari satu jam.
Ada satu hal yang belum ku ceritakan. Kebetulan, Pana memiliki adik lelaki
kelas 3 Sekolah Dasar, Pano namanya. Memang sudah saatnya pula untuk disunat.
Hal ini juga yang membuat Pana tertarik melihat proses sunat, membayangkan
bagaimana jika ia yang menyunat adik semata wayangnya. Pana, seorang mahasiswa
teknik sipil.
Ia meyakinkan orang tuanya bahwa ia bisa melakukan operasi sunat. “Tenang Bu,
aku punya banyak teman dokter. Aku sudah melihat prosesnya. Bas, syahadat,
semua beres,”
Tak tahu lah apa yang ada di pikirang orang tuanya, namun akhirnya mereka
setuju kalau Pano akan disunat oleh abangnya, Pana si mahasiswa teknik sipil.
Well, semua lancar hingga proses pembiusan selesai. Namun apa lacur, Pana
lupa mengecek durasi efek obat bius. Adiknya meraung menggelinjang saat gunting
telah menempel siap melaksanakan tugasnya. Pana terkejut, reflek menarik
gunting, dan, Bassss! Malpraktek. Apa yang tak seharusnya terpotong akhirnya
terpotong. Semua panik, semua berteriak. Semua karena si Pana, Pana si mahasiswa
teknik sipil yang sok menguasai medis.
***
Kau tahu kawan, dalam perkara fiqih pun, jika bukan orang yang berkompeten
yang menanganinya, maka malpraktek pun dapat terjadi,
Namun bedanya, dampak malpraktek dalam proses ijtihad Fiqih tak akan nampak
dalam waktu dekat, bahkan bisa jadi akan dibukakan di akhirat, kampung abadi,
Lihat, para Pana yang lain kini banyak berseliweran,
Bermodalkan bacaan dari internet serta tuntunan shalat lengkap, ia sudah
merasa ahli di bidang agama, bahkan merasa berhak untuk berfatwa,
Hasilnya? Well, akan banyak korban-korban seperti Pano, adiknya Pana si
mahasiswa teknik sipil yang rusak masa depannya,
Untukmu kawanku pemuda-pemudi Islam,
Ada baiknya kita menjadi profesional di bidang masing-masing,
Yang jurusan pertanian, fokuslah, ciptakan bibit padi yang bisa dipanen
dalam satu bulan paling lama,
Yang jurusan teknik sipil, fokuslah, ciptakan sistem pengairan kota agar
banjir tak lagi menyerang Jakarta dan sekitarnya,
Yang jurusan ekonomi, fokuslah, ciptakan sistem perekonomian bersih bebas
Riba hingga Indonesia tak perlu lagi berutang ke Bank Dunia,
Yang jurusan peternakan, fokuslah, ciptakan bibit sapi unggul hingga
Indonesia tak perlu lagi impor daging dari Brazil dan Australia,
Dan, jangan lupa,
Doakan aku agar bisa profesional pula dalam bidang yang aku jalani, doakan
aku yang kini sedang menuntut ilmu agama,
Semoga Islam bangkit, semoga Indonesia jaya,
Semoga Allah selalu menuntun kita untuk jadi lebih baik.. ^_^
0 komentar:
Posting Komentar