Posted by Fakhry Emil Habib
Posted on 11.44
with No comments
|
Makan Bajamba |
Saya merasa perlu menulisnya agar semua kembali ingat, bagaimana sebenarnya hakikat makan bajamba di Minang.
Saya tulis, bukan bermaksud rasis, tapi untuk mengembalikan apa yang sempat terkikis.
Sangat familiar di telinga orang Minang, namun saya yakin juga ada suku
lain di Nusantara yang mempraktekkannya. Makan bersama di sebuah piring
yang besar (talam/pinggan) ataupun di atas daun pisang.
Setu
kebudayaan yang bagus, memang, karena mendidik untuk lebih peka terhadap
hak dan kewajiban, terhadap kebebasan dan keterbatasan.
Namun
realita makan bajamba yang dipraktekkan saat ini semakin jauh dari apa
makan bajamba itu sendiri. Karena sejatinya makan bajamba memiliki
aturan baku walaupun tak tertulis.
Berikut beberapa aturan yang mungkin kawan-kawan sering lupa.
1. Tidak mancapak. Mancapak adalah mengeluarkan bunyi saat mengunyah
makanan. Makan bajamba ataupun makan sendiri, Urang Minang yang Sabana
Minang harus tahu dan harus mempraktekkan hal ini. Solusinya, tutuplah
mulut saat mengunyah makanan!
2. Selalu dahulukan yang lebih tua. Saat mencuci tangan, menyuap makanan, saat selesai makan. Karena ini adalah salah satu bentuk penghormatan, implementasi dari kato mandaki. Saat rasa hormat telah hilang, saat itulah Anda berhak menyandang predikat indak baradaik.
3. Tidak menjatuhkan remah nasi
kembali ke talam. Saat nasi yang harusnya masuk ke mulut kita jatuh
kembali ke talam, berarti kita telah 'merusak' talam seluruhnya, Karena
hal itu akan merusak selera makan rekan-rekan lain yang ikut makan di
talam tersebut. Disinilah kita belajar menghargai hak orang lain di
dalam satu talam.
4. Tangan tidak boleh menyentuh mulut saat
menyuap makanan. Saat tangan menyentuh mulut, dan kemudian
'mengaduk-aduk' kembali makanan di talam, selera makan kawan-kawan lain
juga akan rusak. disini juga terdapat pelajaran berharga, bagaimana
menghormati hak orang lain. Karena aturan ini, di Minang ada teknik
menyuap nasi yang khusus dipraktekkan saat makan bajamba, yaitu
'menerbangkan' makanan ke mulut, dan tangan kiri menanti rimah yang
jatuh agar tidak kembali ke talam.
5. Menghabiskan makanan yang
ada di 'wilayah' masing-masing. Disini kita juga diajarkan untuk
bertanggungjawab terhadap apa yang kita pilih. Anda duduk disini, maka
selesaikan bagian Anda!
6. Tidak mengaduk-aduk bagian tengah.
Bagian tengah sedikit berbeda, karena disana terdapat 'samba' (lauk
pauk) yang semua anggota talam berhak memakannya. Disinilah diuji
bagaimana kita menghormati barang milik umum agar bisa dimanfaatkan
semua kalangan.
7.
10. Bardoa. Karena disinilah terdapat inti dari ajaran ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH.
Minang nan sabana Minang sebenarnya bisa saja tampak dari bagaimana ia
makan, karena Adat Minang tak hanya mengatur festival ataupun baralek,
namun juga sikap, tutur dan watak. Subhanallah..
Semoga Allah selalu menuntun kita untuk jadi lebih baik.. ^_^
0 komentar:
Posting Komentar