Home » , » Apa yang Harus Dilakukan Jika Si Ayah Tidak Mampu Mengajari Si Kecil Beribadah?

Apa yang Harus Dilakukan Jika Si Ayah Tidak Mampu Mengajari Si Kecil Beribadah?

Seorang pemuda mendatangi seorang alim, hendak bertanya perihal pendidikan agama dalam keluarga.

P (pemuda) : "Buya, beberapa waktu lalu, Abuya menyampaikan bahwa ilmu agama yang kita sampaikan kepada orang lain harus disandarkan kepada imam mujtahid, yang didapat dari proses belajar di bawah bimbingan ulama. Dan tanpa dua syarat ini, berarti ilmu agama yang dimiliki tidak valid. Begitukah, Buya?"

B (buya) : "Iya benar."

P : "Kalau begitu saya hendak bertanya, Buya. Bagaimana hukumnya seorang bapak awam yang hanya bermodal membaca buku tuntunan salat lengkap atau pun buku sejenis itu, kemudian ia ajarkan anaknya salat? Karena kan mengajarkan salat dan ibadah dasar lainnya adalah kewajiban orang tua kepada anak."

B : "Jika si bapak dahulu sudah belajar tata cara beribadah dari guru yang ahli, dan masih mantap dengan ilmu yang ia punya, maka ia boleh mengajarkan anaknya. Adapun buku tuntunan salat tadi, hanya ia gunakan sebagai pedoman, agar pendidikan yang ia berikan kepada anaknya rapi dan komprehensif."

P : "Lalu bagaimana dengan bapak yang tidak pernah belajar, ataupun yang pernah belajar, namun lupa ataupun ragu-ragu, Buya?"

B : "Orang tua dengan sifat-sifat yang ananda sebutkan tersebut harus mencarikan guru ahli yang bisa mengajarkan anaknya beribadah. Bukan hanya mengajarkan anaknya, si bapak pun harus ikut juga belajar. Pastikan bahwa ibadah yang dilakukan memang sesuai dengan tuntunan agama."

P : "Lho, bukankah kalau begini, beragama itu jadinya memberatkan, Buya? Setahu saya, agama itu turun sebagai rahmat, bukan beban. Agama itu kemudahan, bukan kesulitan."

B : "Lho, Ananda ini bertanya, kok malah membantah. Mestinya, kalau bertanya ya terima. Ini adab murid terhadap guru.

Tapi ayah paham. Mungkin Ananda masih belum paham konsep beragama.

Begini. Ananda sudah keliru mengatakan bahwa agama itu bukan beban. Silakan Ananda pelajari kembali ; seluruh syariat itu beban. Salat subuh di saat kantuk menjadi-jadi, perintah haji padahal uangnya bisa digunakan untuk memperkaya diri, larangan berzina padahal nafsu berontak. Istilah dalam Bahasa Arabnya 'taklîf'. Dan mengangkat beban itu memang tidak mudah. Sulit, berat.

Beribadah itu adalah kewajiban, karena beribadah adalah tujuan manusia dan jin diciptakan. Dengan kata lain, jangan anggap enteng ibadah, dan jangan anggap enteng pula PROSES belajar beribadah. Ibadahlah yang nanti akan membedakan antara penghuni surga dan neraka. Maka pastikan bahwa ibadah yang dilakukan sesuai tuntunan. Dan hanya ulama yang mampu untuk memastikan hal ini.

Kalaulah kita merasa ringan membiayai anak kita untuk sekolah, kursus, bimbel, bahkan privat, kenapa kita merasa berat untuk mencari ulama untuk mengajarkan anak kita beribadah? Padahal amal ibadah ini akan bertahan walaupun raga sudah berkalang tanah.

Bahkan kalau mendatangkan guru agama itu memerlukan biaya, sediakan! Berkorbanlah sedikit untuk kehidupan akhirat yang baik. Karena itu adalah satu dari 6 syarat ilmu sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Syafii.

Dan karena Ananda sudah mendengar ceramah ayah tentang beda antara ulama sejati dan ulama jadi-jadian yang hanya bermodal penampilan, carilah guru yang metode belajarnya pas dan mantap. Yang keilmuannya memang bertali dan bersambung sampai kepada para Imam Mujtahid. Karena keilmuan para Imam mujtahid itu tersambung sampai kepada Rasulullah Saw. Mereka ini yang disebut pewaris para nabi. Wallahu a'lam."

P : "Ooh, begitu ya, Buya. Terima kasih banyak, Buya. Saya juga mohon maaf atas kesalahpahaman saya tadi. Mudah-mudahan anak saya nanti bisa saya ajarkan beribadah dengan pas dan benar. Namun untuk sekarang, cukup saya saja yang belajar kepada Buya."

B : "Lho kok tidak sekalian saja anak dan istri Ananda dibawa ke sini, agar bisa belajar bersama?"

P : "Iya, Buya. Begini, saya belum menikah. Jadi otomatis belum punya anak." :v

A : "Aiiiiiii..! Dasar bujangan! Ayah kira kamu sudah berkeluarga!"
:D

***

Betapa banyak orang tua yang berharap mendapat anak saleh, berbakti dan mampu membawa orang tuanya ke surga, namun yang dilakukan untuk mencapai harapan itu hanya sebatas doa minim usaha,

Semoga Allah selalu menuntun kita untuk jadi lebih baik.. (^_^)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Facebook | Twitter | Google+
Copyright © 2013. Al-Fatih Revolution Brotherhood - Tolong sertakan sumber saat mengutip :)
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger