Rindu rasanya sistem pemilu seperti di sekolah dulu, saat masih muda,
Kandidat ketua yang akan dipilih adalah pribadi terbaik di antara semuanya,
Setelah pemilu, yang banyak suara menjadi ketua, yang kedua jadi wakilnya, yang selanjutnya jadi sekretaris, seterusnya bendahara,
Semua menang, dan semua memiliki kesempatan untuk melayani bersama,
Yang lebih menarik, kegiatan pemilihannya tidak memakan banyak biaya,
Berbeda dengan pemilu Indonesia,
Kandidat ketua yang akan dipilih adalah pribadi terbaik di antara semuanya,
Setelah pemilu, yang banyak suara menjadi ketua, yang kedua jadi wakilnya, yang selanjutnya jadi sekretaris, seterusnya bendahara,
Semua menang, dan semua memiliki kesempatan untuk melayani bersama,
Yang lebih menarik, kegiatan pemilihannya tidak memakan banyak biaya,
Berbeda dengan pemilu Indonesia,
Calon yang ada belum tentu adalah pribadi terbaik bangsa,
Intrik politik serta segala macam cara dilakukan sebelum hari pemilu tiba,
Mau patuh atau melanggar aturan, yang penting bisa mendapat banyak suara,
Masing-masing calon, meski terlihat damai, namun di hati masing-masing ada bara api yang menyala,
Perdebatan serta pertikaian yang tak kalah hebat juga terjadi dari kalangan pendukung mereka,
Lebih gawat lagi, saat pemenang telah ditetapkan, pertikaian tidak berhenti serta-merta,
Malah bertambah parah, membuat pusing kepala,
Jika sistem pemilihan ketua di sekolah dulu semuanya menjadi pemenang, maka pemilu hanya memberi kemenangan kepada yang paling banyak mendapat suara,
Yang suaranya sedikit? "Ya terima saja",
Pemenang pemilu pun tidak merdeka,
Ia terikat kontrak dengan pihak-pihak sponsor yang telah mengucurkan dana,
Syukur jika sponsornya adalah orang baik, jika tidak, penjajahan moderen berada di depan mata,
Apa boleh buat, memang sistem yang menuntut seperti itu, karena negara kita adalah negara apa boleh buat, begitu kata Pak Yusril Ihza Mahendra,
Makanya, mungkin kita perlu belajar demokrasi terpimpin dari anak SD, karena tindakan pelaku demokrasi negeri ini kadang jauh lebih kekanak-kanakan, seolah belum dewasa,
Saatnya kita jadikan negara apa boleh buat itu menjadi negara berbuat, negara hebat, negara berjaya,
Semoga permasalahan sistem politik negara bisa dibenahi, agar tidak lagi terjadi kekacauan ke depannya,
Semoga Allah selalu menuntun kita untuk jadi lebih baik.. ^_^
0 komentar:
Posting Komentar